Logo

Desa Waiheru

Kota Ambon

Home

Profil Desa

Infografis

Listing

IDM

Berita

Belanja

PPID

Di Tengah Luka, SMK Negeri 3 Ambon Merajut Harapan Baru

Di Tengah Luka, SMK Negeri 3 Ambon Merajut Harapan Baru

Invalid Date

Ditulis oleh HUMAS DEWA

Dilihat 16 kali

Di Tengah Luka, SMK Negeri 3 Ambon Merajut Harapan Baru

Senin pagi, 25 Agustus 2025, lantai dua SMK Negeri 3 Ambon tak seperti biasanya. Bukan suara bel pelajaran atau riuh siswa yang terdengar, melainkan doa dan diskusi yang mengalir dari ruang rapat. Di sana, para guru, komite sekolah, aparat keamanan, dan pemerintah desa duduk bersama, menyatukan suara demi satu tujuan: mengakhiri siklus kelam tawuran pelajar.

Pertemuan itu bukan sekadar formalitas. Ia lahir dari duka yang masih hangat—kehilangan satu nyawa muda akibat bentrokan antarpelajar yang memicu konflik antar pemuda. Di tengah suasana yang penuh keprihatinan, Kepala Desa Waiheru, Usman Ely, SP, berdiri dan berbicara bukan hanya sebagai pemimpin wilayah, tapi sebagai mantan siswa yang pernah mengenyam pendidikan di sekolah yang sama.

“Saya juga mantan STM 2,” ucap Ely, mengenang masa lalunya. “Memang dari dulu identik dengan berkelahi, tapi itu tidak bisa dibiarkan berlanjut.”

Nada suaranya tegas, namun sarat kepedulian. Ia tidak datang untuk menyalahkan, melainkan untuk mengingatkan: bahwa masa depan anak-anak tidak boleh dikorbankan oleh tradisi kekerasan yang terus berulang. Ely menyoroti perlunya sistem sekolah yang lebih disiplin, mulai dari seleksi siswa baru hingga penegakan tata tertib di kelas.

“Kalau ada siswa yang bermasalah, jangan diterima. Atau kalau sudah masuk, harus dipindahkan,” katanya, tanpa basa-basi.

Namun, bukan hanya sistem yang ia soroti. Ely juga menekankan pentingnya keamanan. Ia meminta dukungan dari TNI, Polri, dan penambahan personel keamanan sekolah. Baginya, SMK Negeri 3 bukan hanya institusi pendidikan, tapi juga bagian dari masyarakat Desa Waiheru yang harus dijaga.

“Sudah sangat meresahkan masyarakat,” ujarnya. “Ini kali yang terakhir sudah.”

Kalimat itu bukan ancaman, melainkan harapan. Harapan bahwa pertemuan hari itu menjadi titik balik. Bahwa doa yang dipanjatkan bersama bukan hanya ritual, tapi komitmen nyata untuk berubah.

Di akhir rapat, tak ada tepuk tangan meriah atau sorak gembira. Yang ada adalah kesepakatan sunyi namun kuat: untuk menjaga ketertiban, melindungi generasi muda, dan memastikan bahwa tragedi tak lagi menjadi bagian dari rutinitas sekolah.

SMK Negeri 3 Ambon hari itu bukan hanya tempat belajar. Ia menjadi ruang penyembuhan. Tempat di mana luka diakui, dan harapan mulai dirajut kembali.


Bagikan:

Berita Terbaru

Berita Terbaru

Logo

Desa Waiheru

Kecamatan Baguala

Kota Ambon

Provinsi Maluku

© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia